Tukang Kaca Grafir
Solo – Merintis usaha kaca grafir sejak 1989, Bambang Rudjito kini memanen hasil kerja kerasnya. Namun pria asal Bojonegoro Jawa Timur ini enggan disebut pengusaha.
Suami dari Dewi Retnosari Wijayanto ini lebih senang dipanggi; dengan tukang kaca grafir. Bapak dua anak inilah orang pertama yang mengembangkan usaha kaca grafir di Solo.
“Ini semuanya hasil keberkahan dari niat awal dari setiap menjalankan usaha,” ujarnya kepada Jateng Pos , kemarin.
Mantan pelaut ini tak pernah putus asa dalam mempromosikan produknya. Saking tekunnya mempromosikan diri dan berdoa, usaha yang awalnya hanya bermodal Rp5 juta, kini asetnya melimpah, bahkan bisa bikin pabrik lagi.
“ Ya harga yang ditawarkan bervariasi dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. Sebagian besar produknya diekspor ke Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat. Sementara dua kota tujuan utamanya di AS saat ini,yaitu New York dan Pennsylvania,” terangnya.
Sebuah kisah cerita yang menarik dari sosok Bambang Rudjito ini adalah awal dari perjalanan masa lalu yang tidak ada hubungangannya dengan ilmu sekolah yang didapat.
Berbekal pendidikan STM, ia punya tekad kuat menjadi tukang kaca grafir. Yang unik, meski tidak punya bekal ilmu berlainan di sekolah, ia mampu mengembangkan tujuan dan keuletan belajar “tukang” kaca grafir.
Pembuatan ide kaca grafir diakuinya berasal secara kebetulan ketika bepergian ke sejumlah negara saat masih bekerja sebagai pelaut. Ketrampilan membikin kaca grafir diperolehnya di Negara Meksiko, tepatnya di sentra perajin kaca Sinaloa, sebuah perusahaan besar kerajinan kaca yang terbesar di Mesiko.
Dari situlah, Bambang belajar banyak dari mereka, ketika masih menjadi pekerja pelaut di kapal pesiar super Mewah M.S Tropicale Milik perusahaan “Carnival cruisse line”
Di setiap lokasi wisata yang dilihatnya, ia banyak melihat berbagai macam aneka ragam cenderamata yang di tawarkan untuknya. Baginya, saat ditawarkan berbagai macam cenderamata yang indah, ia malah tertarik bagaimana bisa mampu membuatnya.
“Nah inilah mungkin kuncinya, bagaimana kita tidak sekedar membeli tapi bagaimana cara membuatnya. Anak-anak muda harus belajar dari sini dan lebih kreatif ,” imbuhnya.