Mengenal Pakaian Adat Beskap – Asal Daerah, Macam, Hingga Filosofinya

Pakaian adat Beskap merupakan salah satu baju adat Jawa Tengah yang masih lestari hingga saat ini. Beskap bukan sekadar pakaian adat, tetapi juga simbol kebijaksanaan, kehormatan, dan keteguhan hati. Dulunya, Beskap hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan dan pejabat kerajaan sebagai pakaian resmi dalam upacara kebesaran.
Namun, seiring waktu, Beskap mulai digunakan oleh masyarakat umum dalam berbagai acara, seperti pernikahan, upacara adat, dan pertemuan resmi.
Desainnya yang khas, dengan potongan asimetris di bagian depan dan warna-warna yang sarat makna, mencerminkan filosofi hidup orang Jawa yang menjunjung keseimbangan dan keselarasan.
Sebagai baju adat Jawa Tengah, Beskap sering dipadukan dengan kain jarik dan blangkon sebagai pelengkap yang menambah kesan anggun dan berwibawa. Pemakaian Beskap juga mengikuti aturan tertentu, seperti motif dan warna yang menyesuaikan dengan acara yang dihadiri.
Misalnya, warna hitam atau gelap biasanya digunakan untuk acara resmi dan sakral, sedangkan warna cerah lebih umum dipakai dalam perayaan dan acara kebahagiaan.
Kombinasi dari elemen-elemen tersebut menjadikan Beskap sebagai pakaian yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga kaya akan nilai budaya dan filosofi.
Mengulik Pakaian Adat Beskap
Apa Itu Beskap?

Apa itu Beskap? Setiap daerah memiliki pakaian adatnya masing-masing, termasuk Jawa yang terkenal dengan pakaian adat Beskap. Beskap bukan sekadar busana, tetapi juga simbol kebudayaan yang memiliki aturan pemakaian tersendiri.
Beskap adalah pakaian adat khas Jawa yang dikenakan oleh pria dalam berbagai acara resmi dan adat. Pakaian ini memiliki potongan khas, tanpa kerah, dengan bagian depan yang tidak simetris. Beskap umumnya dikenakan bersama kain jarik, blangkon, dan aksesoris lain seperti keris.
Secara historis, pakaian adat Beskap berasal dari pengaruh kolonial Belanda yang kemudian disesuaikan dengan budaya Jawa. Modelnya mirip dengan jas tetapi memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari pakaian formal Barat.
Asal Usul dan Sejarah Beskap
Pakaian adat tidak muncul begitu saja, tetapi berkembang seiring waktu melalui pengaruh budaya dan sejarah. Begitu pula dengan Beskap yang memiliki akar kuat dalam tradisi kerajaan Jawa.
Pakaian adat Beskap berasal dari budaya Jawa, khususnya berkembang di wilayah Yogyakarta, Surakarta, dan Jawa Timur. Pada awalnya, Beskap digunakan oleh bangsawan dan abdi dalem Keraton sebagai busana resmi.
Pengaruh Belanda terlihat dalam bentuknya yang menyerupai jas, tetapi tetap mempertahankan elemen tradisional. Seiring waktu, Beskap tidak hanya digunakan oleh keluarga kerajaan, tetapi juga oleh masyarakat umum dalam acara resmi dan adat.
Ciri Khas dan Bentuk Beskap
Setiap pakaian adat memiliki ciri khas yang membedakannya dari yang lain. Beskap memiliki desain unik yang mencerminkan nilai kesederhanaan dan ketegasan dalam budaya Jawa.
Pakaian adat Beskap memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari pakaian adat lainnya:
- Bahan: Biasanya terbuat dari kain beludru atau kain katun tebal.
- Potongan: Lurus, tanpa kerah, dengan bagian depan miring.
- Warna: Cenderung polos, tetapi ada juga yang memiliki motif halus.
- Kancing: Berjumlah lima atau lebih, terbuat dari logam atau bahan khusus.
- Paduan Pakaian: Biasanya dikenakan dengan kain jarik dan blangkon.
Macam-Macam Beskap
Pakaian adat Beskap memiliki beberapa varian yang digunakan dalam berbagai kesempatan. Setiap jenis Beskap memiliki perbedaan dalam desain, warna, dan fungsi penggunaannya.
Berikut beberapa macam-macam Beskap yang umum dikenal:
1. Beskap Landung

Model beskap ini memiliki desain panjang dan tanpa rongga di bagian belakang. Beskap Landung sering digunakan dalam acara midodareni, yaitu malam sebelum akad nikah dalam adat Jawa.
Warna-warnanya biasanya cerah, seperti biru, untuk memberikan kesan sakral dan khidmat. Keunikan dari beskap ini adalah kesederhanaannya yang tetap berkelas, cocok untuk acara yang bersifat resmi.
2. Beskap Jawi Jangkep

Beskap ini termasuk model klasik yang memiliki ciri khas rongga (krowokan) di bagian belakang.
Rongga ini dibuat agar tetap rapi saat mengenakan keris, yang merupakan bagian dari busana adat Jawa.
Beskap Jawi Jangkep umumnya digunakan dalam upacara resmi dan dipadukan dengan kain jarik khas Jawa. Modelnya yang tradisional membuatnya menjadi pilihan utama dalam berbagai upacara adat.
3. Beskap Kembang

Beskap ini umumnya dikenakan oleh para pangeran dalam lingkungan kerajaan. Ciri khasnya adalah motif kain yang bercorak (kembang), memberikan kesan mewah dan elegan.
Beskap ini juga dilengkapi dengan dhestar biru (ikat kepala), ikat pinggang, serta gesper untuk memperkuat tampilan.
Busana ini biasa dipakai dalam upacara Pasowanan pada malam hari, yaitu saat seseorang menghadap raja atau menghadiri acara penting di keraton.
4. Beskap Sikepan

Jenis beskap ini memiliki tambahan rompi di bagian dalam yang menjadi ciri khasnya. Saat dikenakan, kancing baju biasanya tidak dikaitkan sehingga rompi di bagian dalam tetap terlihat.
Beskap Sikepan sering digunakan dalam acara formal maupun upacara adat, memberikan kesan berwibawa dan anggun bagi pemakainya.
Warna yang umum digunakan adalah hitam, mencerminkan kesan elegan dan berkelas.
5. Beskap Langenharjan

Beskap ini memiliki sejarah panjang karena diciptakan oleh Mangkunegaran VII saat menghadap Sri Susuhunan Paku Buwana IX di Pesanggrahan Langenharjan.
Busana ini kemudian diberi nama sesuai tempat tersebut dan menjadi salah satu pakaian pengantin pria dalam upacara Sang-keran.
Beskap Langenharjan memiliki desain yang lebih modern dibandingkan beskap tradisional lainnya, sering kali hadir dalam warna putih atau krem untuk memberikan kesan sakral dan elegan.
Filosofi Beskap
Setiap elemen dalam pakaian adat Beskap mengandung makna yang mendalam. Filosofi yang terkandung dalam Beskap mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang luhur.
Berikut beberapa nilai yang terkandung dalam filosofi Beskap:
- Kesederhanaan dan Ketegasan: Potongan lurus dan sederhana mencerminkan karakter kuat dan disiplin dalam budaya Jawa.
- Kewaspadaan dan Kebijaksanaan: Bagian depan yang miring melambangkan sikap waspada dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
- Keharmonisan: Kombinasi Beskap dengan kain jarik dan blangkon menunjukkan keseimbangan dalam kehidupan.
- Keanggunan dan Kewibawaan: Warna dan model Beskap mencerminkan nilai kepemimpinan dan rasa hormat kepada sesama.
Penggunaan Beskap Dalam Berbagai Acara
Meskipun berasal dari budaya lama, Beskap tetap digunakan dalam berbagai acara hingga saat ini. Penggunaannya tidak terbatas pada acara adat, tetapi juga dalam acara formal modern.
Beberapa acara yang umum menggunakan Beskap antara lain:
- Pernikahan Adat Jawa: Pengantin pria sering mengenakan Beskap Jawi Jangkep.
- Upacara Resmi dan Kebudayaan: Digunakan dalam acara kerajaan atau upacara adat.
- Pertunjukan Seni dan Wayang: Dalang dan pemain sering mengenakan Beskap sebagai bagian dari kostum.
- Pakaian Formal Modern: Beberapa desain Beskap telah dimodifikasi untuk digunakan dalam acara formal lainnya.
Kesimpulan
Beskap bukan sekadar pakaian adat, tetapi juga warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan filosofi. Pakaian adat Beskap berasal dari tradisi Jawa dan masih tetap relevan hingga saat ini.
Dengan berbagai macam-macam Beskap yang ada, pakaian ini terus berkembang, baik dalam bentuk tradisional maupun modern. Memahami filosofi Beskap membantu kita menghargai budaya Jawa yang penuh makna.
Melestarikan Beskap berarti menjaga salah satu warisan budaya Indonesia agar tetap hidup di tengah perkembangan zaman.