Baju Adat Surjan – Definisi, Asal, & Filosofinya

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang begitu luas, salah satunya adalah pakaian adat. Setiap daerah memiliki busana khas yang mencerminkan nilai sejarah dan filosofi tersendiri.
Salah satu pakaian adat yang memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa adalah baju adat Surjan. Pakaian ini memiliki ciri khas unik dengan bentuk yang berbeda dari kebanyakan busana tradisional lainnya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci pakaian adat Jawa Tengah Surjan, mulai dari definisi, asal-usul, hingga filosofi yang terkandung di dalamnya.
Mengenal Baju Adat Surjan
Definisi Baju Adat Surjan
Sebelum mengenal lebih jauh tentang baju adat Surjan, penting untuk memahami pengertiannya. Baju adat surjan adalah pakaian tradisional khas Jawa yang umumnya dikenakan oleh kaum pria dalam berbagai acara adat dan resmi.
Pakaian ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari pakaian adat lainnya.
Salah satu keunikan Surjan terletak pada desainnya yang khas, dengan kerah tegak dan deretan kancing di bagian depan. Terdapat enam kancing utama dan dua tambahan di leher, yang memiliki makna filosofis mendalam.
Dari segi bahan, Surjan biasanya dibuat dari kain lurik atau beludru, yang penggunaannya bergantung pada tingkat sosial pemakai serta jenis acara yang dihadiri.
Warna yang sering digunakan dalam Surjan adalah cokelat, hitam, atau biru, dengan motif garis-garis vertikal yang melambangkan kesederhanaan dan keteguhan hati. Untuk tampilan yang lebih lengkap, Surjan biasanya dipadukan dengan kain jarik dan blangkon, menciptakan kesan tradisional yang khas bagi pria Jawa.
Asal Usul Baju Surjan
Baju Surjan bukan sekadar pakaian adat, tetapi juga bagian dari sejarah budaya kerajaan Jawa. Berasal dari Kesultanan Mataram Islam pada abad ke-16, pakaian ini pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Agung sebagai busana resmi kerajaan.
Pada awalnya, Surjan hanya dikenakan oleh kaum bangsawan, pejabat keraton, dan abdi dalem sebagai simbol kebangsawanan dan kedisiplinan.
Pakaian ini juga mengadopsi unsur Timur Tengah, terutama pada kerah tegaknya yang menyerupai jubah Arab. Seiring waktu, penggunaannya meluas ke masyarakat umum, terutama dalam acara adat seperti Grebeg, Sekaten, dan pernikahan tradisional.
Filosofi di Balik Baju Surjan
Baju adat Jawa selalu memiliki makna mendalam dalam setiap elemennya. Begitu juga dengan Surjan, yang tidak hanya berfungsi sebagai pakaian tetapi juga sebagai simbol ajaran moral dan spiritual dalam budaya Jawa.
Berikut beberapa filosofi yang terkandung dalam baju adat Surjan:
- Jumlah Kancing
- Enam kancing di bagian depan melambangkan rukun iman dalam Islam.
- Dua kancing di bagian leher melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, sebagai pengingat bahwa manusia selalu terikat dengan ajaran luhur.
- Motif Garis Lurik
- Garis-garis lurik pada Surjan melambangkan kesederhanaan, kerja keras, dan ketekunan dalam menjalani hidup.
- Warna gelap yang dominan pada Surjan mencerminkan keteguhan dan ketegasan seseorang dalam memegang prinsip hidup.
- Pemakaian dalam Upacara Adat
- Pakaian ini bukan hanya sekadar busana, tetapi juga simbol penghormatan kepada leluhur dan nilai-nilai adat yang diwariskan turun-temurun.
- Dipakai dalam ritual keagamaan dan acara penting, menunjukkan nilai kesakralan dalam budaya Jawa.
Jenis-Jenis Surjan
Seiring perkembangan zaman, pakaian adat Jawa Tengah Surjan berkembang menjadi beberapa jenis dengan ciri khas dan fungsi masing-masing. Berikut beberapa jenis Surjan yang dikenal dalam masyarakat Jawa:
1. Surjan Ontrokusuma – Pakaian Kebesaran Bangsawan Keraton

Surjan Ontrokusuma merupakan jenis Surjan yang dibuat khusus untuk para pejabat dan bangsawan keraton.
Pakaian ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari Surjan lainnya. Dengan motif bunga besar yang mencolok, Surjan ini melambangkan kebangsawanan, keanggunan, serta status sosial yang tinggi.
Masyarakat umum tidak diperbolehkan mengenakan Surjan Ontrokusuma tanpa izin dari pihak keraton. Hal ini menunjukkan bahwa pakaian ini bukan sekadar busana tradisional, tetapi juga menjadi simbol kehormatan dan identitas bagi para penguasa dan tokoh penting dalam lingkungan istana.
Bahan yang digunakan untuk Surjan Ontrokusuma pun berbeda dari Surjan biasa, umumnya terbuat dari kain berkualitas tinggi seperti beludru atau kain tenun halus yang menunjukkan kemewahan dan eksklusivitas pemakainya.
2. Surjan Lurik – Pakaian Kesederhanaan dan Status Sosial

Surjan Lurik banyak digunakan sebagai pakaian sehari-hari oleh masyarakat umum, termasuk prajurit, aparat kerajaan, serta rakyat biasa. Pakaian ini memiliki motif garis-garis lurus yang tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga mengandung makna filosofis mendalam.
Lurik mencerminkan kesederhanaan, kedisiplinan, dan kerja keras, yang merupakan nilai-nilai utama dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Selain digunakan oleh rakyat biasa, Surjan Lurik juga memiliki peran dalam lingkungan keraton. Ukuran garis luriknya melambangkan status sosial si pemakai. Semakin besar garis lurik pada Surjan, semakin tinggi pula jabatan seseorang. Sebaliknya, semakin kecil garisnya, maka semakin rendah status sosial pemakainya.
Selain pola garis lurus yang umum ditemukan, ada pula variasi motif kotak-kotak yang merupakan hasil kombinasi antara elemen tradisional dan modern.
Penggunaan Baju Surjan di Era Modern
Meskipun memiliki akar budaya yang kuat, baju adat Surjan tetap relevan di era modern. Pakaian ini masih digunakan dalam berbagai kesempatan, baik dalam acara adat maupun untuk keperluan fashion kontemporer.
Beberapa contoh penggunaannya saat ini:
- Acara adat dan budaya: Seperti Grebeg, Sekaten, dan pernikahan adat Jawa.
- Kegiatan resmi: Dipakai oleh pejabat, abdi dalem, dan tokoh masyarakat dalam pertemuan budaya.
- Industri fashion: Beberapa desainer mengadaptasi pakaian adat Jawa Tengah Surjan dengan gaya modern, menjadikannya lebih fleksibel untuk berbagai acara.
- Wisata budaya: Wisatawan sering mencari gambar baju Surjan untuk referensi sebelum mengenakannya dalam sesi fotografi budaya di Yogyakarta atau Solo.
Selain itu, banyak sekolah dan institusi yang mulai mengenalkan Surjan kepada generasi muda sebagai bagian dari edukasi budaya lokal.
Kesimpulan
Baju Surjan berasal dari tradisi kerajaan Jawa yang kaya akan makna filosofis. Surjan adalah pakaian adat yang tidak hanya berfungsi sebagai busana, tetapi juga memiliki nilai moral dan spiritual dalam budaya Jawa.
Sebagai bagian dari baju adat Jawa Tengah Surjan, pakaian ini tetap dipertahankan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik dalam acara adat maupun dalam dunia fashion modern. Oleh karena itu, melestarikan Surjan adalah bagian dari upaya menjaga warisan budaya agar tetap dikenal dan dihargai oleh generasi mendatang.